Perbandingan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Artikel sebelumnya:
Memahami Metode Penelitian Sosial
Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki tujuan yang sama yakni ingin menjelaskan dan memahami realitas sosial, namun dengan cara dan gayanya masing-masing. Perbedaan pokoknya terletak pada: data yang digunakan, prosedur penelitian yang dijalankan, penggunaan teori (peran teori tidak sama pada masing-masing metode penelitian ini), dan karakter hasil dan kedalamannya. Kuantitatif sama sekali tidak berbicara kedalaman makna karena ia “hanya” menjelaskan realitas secara makro, di permukaan saja, sedangkan kualitatif menjelaskan realitas sosial secara mendalam.
Untuk menampakkan karakter keduanya secara mudah, ilustrasi Tabel 1 menunjukkan perbandingan dan perbedaan antara keduanya.
Tabel 1. Perbandingan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Newmann)
Kriteria |
Metode Kuantitatif |
Metode Kualitatif |
Frame pemandu peneliti | Hipotetis, yang diuji. | Menemukan meanings |
Konsep | Ditemukan dari variabel yang berbeda | Ditemukan dalam tema, motif, generalisasi dan taksonomi. |
Pengukuran | Sistematis; dilakukan sebelum pengumpulan data; terstandard. | Dilakukan tersendiri; individual menurut setting peneliti. |
Data | Berbentuk angka; presisi. | Berbentuk teks, gambar; berasal dari dokumen, observasi dan transkrip. |
Teori | Sangat menentukan; deduktif. | Bisa menentukan atau tidak begitu menentukan; seringkali induktif. |
Prosedur | Standard. | Khusus. |
Analisis | Menggunakan statistik, tabel, diagram; berelasi dengan hipotesis. | Dilakukan dengan cara mengekstrak tema atau melakukan generalisasi dari bukti-bukti temuan dan mengorganisasi data untuk menemukan koherensi dan konsistensi data. |
Sumber: Lawrence W. Newmann (2003) Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Fifth Edition. Boston: Pearson Education Inc,., halm. 145.
Ilustrasi Tabel 1 bersumber dari buku Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches yang ditulis oleh W. Lawrence Newmann. Untuk lebih memperlihatkan secara lebih jelas metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif serta perbedaan antara keduanya, Tabel 2 menyajikan secara ringkas dan lebih banyak, yang saya sarikan dari berbagai referensi.
Masing-masing metode memiliki target, tujuan, cara dan karakternya masing-masing. Perbedaan di antara keduanya bukan sekedar istilah, tetapi menunjukkan tatacara dan perlakuan terhadap data yang kemudian berpengaruh pada analisis dan hasil penelitian. Mempertukarkan unsur dan kriteria dari masing-masing metode, kadang tak disadari oleh peneliti (terutama kualitatif) bisa membingungkan sang peneliti itu sendiri. Jika menggunakan metode kuantitatif, gunakan kriteria dan karakter kuantitatif. Demikian juga jika menggunakan metode kualitatif, maka karakter kualitatif yang digunakan. Jika tertukar, maka penelitiannya akan kacau.
Tabel 2. Perbandingan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Kuswandoro)
Kriteria |
Metode Kuantitatif |
Metode Kualitatif |
Tujuan penelitian | Menguji teori | Membangun, mengkritisi teori |
Paradigma | Positivisme | Non positivisme: post-positivisme, kritis. |
Penginderaan realitas sosial | Keberaturan, memiliki keajegan natural, dapat diamati, dapat diukur, dapat dikonsepkan, perceived. | Tidak memiliki keberaturan, misteri, tidak selalu tampak, perlu digali lebih dalam. |
Observasi fakta | Variabel | Situasi. |
Representasi fakta | Numerik (angka) | Non-numerik (teks). |
Alur pikir | Deduktif | Induktif . |
Alur penelitian | Linier | non-linier. |
Corak (proses) penelitian | Tidak ada kebaruan; standard; mekanis | Selalu ada yang baru; unik (berbeda tiap peneliti). |
Peran teori | Sentral, dominan, ketat | Tidak sentral, tidak dominan tetapi tetap diperlukan. |
Fungsi teori | Membingkai peneliti secara ketat. | Memandu peneliti pada titik awal, selanjutnya peneliti memahami realitas sosial secara alamiah. |
Sifat hasil penelitian | Makro; menjelaskan fenomena yang tampak dipermukaan. | Mendalam, menjelaskan fenomena hingga “di balik realitas”. |
Point of view | Researcher’s point of view | Native’s point of view |
Sifat metode | Statis, kaku | Dinamis, fleksibel. |
Relasi dengan Objek/ Subjek (O/S) Penelitian | Berjarak | Dekat, interaktif. |
O/S Penelitian | Responden | Informan, narasumber |
Pemilihan O/S Penelitian | Acak (simple random sampling, stratified sampling, multi-stage random sampling) | Terpilih, berdasarkan kualifikasi dan kedekatan informan dengan masalah yang sedang diteliti; snow-ball. |
Pengumpulan data | Wawancara langsung atau tidak langsung (pos, internet) | Wawancara langsung tatap muka, in-depth interview. |
Instrumen | Kuesioner | Panduan wawancara. |
Sifat pertanyaan | Terstruktur | Semi-terstruktur, tidak terstruktur, open-ended questions. |
Sifat analisis | Numerikal, matematis, statistikal | Reflektif, interpretif, praxis. |
Alat bantu analisis | Statistika | Ketajaman analitik dan naluri peneliti. |
Software bantu | SPSS, AMOS, dll | CDC EZ Text, NVivo |
Validitas | Ukuran sampel, jumlah responden (memperkecil margin of error). | Jumlah informan tidak penting, yang terpenting adalah kedalaman data, kualitas informan. |
Sifat hasil | Bebas nilai. | Tidak bebas nilai; praxis. |
Posisi peneliti | Di luar O/S penelitian. | Bersama O/S penelitian; bricoleur. |
Kelemahan | Gagal menjelaskan fenomena sebenarnya; responden bisa memberikan jawaban yang tidak sebenarnya. | Rentan bias peneliti karena kedekatan peneliti dengan O/S penelitian. |
Contoh penelitian | Survei, eksperimen, korelasi, deskriptif, komparatif, dll | Etnografi, fenomenologi, cultural studies, studi kasus, hermeneutik, Critical Discourse Analysis, dll. |
Sumber: dari berbagai referensi, diolah.
Kesimpulan
satu
Baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif memiliki tujuan yang sama yaitu ingin menjelaskan dan memahami realitas sosial; sama-sama melakukan pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan secara sistematis. Keduanya berangkat dari penentuan dan perumusan masalah yang berada pada konteks sosial (pengalaman manusia, masyarakat), menggunakan kerangka teori dan mengoperasikan metodologi. Bedanya, ada pada data dan prosedur (tatacara) memperlakukan data tersebut (pengolahan, analisis data) yang meliputi penggunaan teori (peranan teori), asumsi atau hipotesis dan mengoperasikan metodogi, sehingga karakter dan kedalaman hasilnya berbeda. Hasil akhir sama-sama menjelaskan realitas sosial, namun rasa dan kedalaman penjelasannya berbeda.
dua
Metode penelitian kuantitatif berparadigma positivis, bercorak empiris, behavioris, naturalis, positivistik, bertujuan menguji teori, berjarak dengan responden, menjelaskan realitas sosial secara makro, sebatas pada realitas yang tampak di permukaan, researcher’s point of view, melalui wawancara biasa (tidak mendalam) bahkan bisa dengan wawancara tidak langsung melalui pos atau internet.
tiga
Metode penelitian kualitatif berparadigma interpretif-kritis, bercorak praxis, bertujuan membangun teori, bersama dan dekat dengan informan/ narasumber, memahami realitas sosial secara mendalam hingga behind the fact, native’s point of view, thick description, melalui in-depth interview.
empat
Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Metode kuantitatif unggul pada kemampuan menjelaskan realitas sosial secara makro, waktunya relatif cepat dan “lebih populer” secara pragmatis (misalnya: survei), tetapi lemah pada kemampuan menjelaskan realitas sosial yang sebenarnya karena realitas sosial yang tampak (inderawi) seringkali tidak menunjukkan realitas yang sebenarnya, karenanya perlu didekati secara lebih mendalam dengan metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan “kasunyatan” (realitas yang sebenarnya). Inilah keunggulan penelitian kualitatif. Ia mampu merambah relung-relung realitas sosial yang dalam yang tidak bisa disentuh dengan metode kuantitatif yang positivistik. Kelemahannya, secara teknis rentan bias peneliti, karena subjektivitas peneliti (interpretif) dan kedekatan dengan objek/ subjek penelitian.
Lebih mendalam tentang metode penelitian kualitatif akan saya sajikan, dengan beberapa “keunikan”-nya, misalnya tentang “subjektivitas”, subjektivitas dalam kualitatif sebenarnya “objektif” karena “subjektivitas” yang digali dari informan (subjek) adalah realitas sosial dalam point of view subjek. Kemudian tentang validitas, triangulasi, dsb. Perlukah validasi dan triangulasi dalam penelitian kualitatif? Bukankah yang ingin didalami adalah “makna” (meanings) ? Dan apapun yang disampaikan oleh informan memuat meanings tertentu, yang harus dimaknai oleh peneliti? Jadi bagaimana memvalidasi data dari informan?
_________________
Materi yang mungkin berguna:
>mau ngintip>> Cultural Studies ?