Memahami Metode Penelitian Sosial
Suatu kegiatan penelitian pada hakikatnya adalah usaha untuk memenuhi hasrat keingintahuan manusia akan sesuatu hal, gejala-gejala alam maupun sosial, kemasyarakatan dsb yang memerlukan jawaban atau penjelasan. Dan jawaban itu merupakan suatu kebenaran ilmiah. Penelitian sosial, merupakan kegiatan untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul dari realitas sosial yang dihadapi atau menjelaskan atau memahami suatu realitas sosial. Untuk itu diperlukan serangkaian cara untuk menangkap gejala-gejala sosial menurut suatu sistem dan metode tertentu. Sistem dan metode untuk mengatur pengetahuan tentang gejala-gejala sosial tersebut disebut metodologi[1], atau dalam hal ini, metodologi penelitian sosial. Ada kata kunci ‘aktivitas’ dan ‘sistem’ yang merujuk pada pengertian “tata-cara” atau prosedur penelitian dalam rangka menemukan jawaban atas masalah. Secara lebih detil, definisi yang diberikan oleh LIPI sebagaimana dikutip oleh Koentjaraningrat tentang penelitian sosial memberikan gambaran lebih lengkap tentang metodologi:
Penelitian dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan adalah segala aktivitas berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengklaskan, menganalisa, dan menafsir fakta-fakta serta hubungan-hubungan antara fakta-fakta alam, masyarakat, kelakuan dan rohani manusia guna menemukan prinsip-prinsip pengetahuan dan metode-metode baru dalam usaha menanggapi hal-hal tersebut.[2]
Dalam usaha tersebut, terkait dengan “aktivitas” dan “sistem”, terdapat serangkaian “laku” yang disebut “metodologi” yang harus dijalankan oleh seorang peneliti berdasarkan disiplin ilmiah yakni mengumpulkan, mengklaskan, menganalisa, menafsir fakta, hubungan antar fakta dsb, yang dimulai dari temuan “masalah” sampai menemukan suatu jawaban atau penjelasan atas masalah tersebut berupa prinsip-prinsip pengetahuan dan metode-metode baru (hasil atau output penelitian). Ketika mulai berkutat dengan masalah (memulai penelitian) seorang peneliti tentu memiliki gambaran tentang masalah tersebut beserta gambaran pemecahan masalahnya berdasarkan referensi keilmuan atau kerangka pemikiran yang dimiliki (disebut asumsi atau kerangka teori) dan untuk ini diperlukan asupan teoritik (teori sosial) yang memadai, dengan frame (bingkai) paradigma tertentu, untuk membantu peneliti dalam upayanya mendekati masalah dan “mencari jawaban” berdasarkan masalahnya tadi. Dari sini muncul beberapa pemikiran tentang karakter masalah yang ingin dijawab, untuk apa melakukan penelitian (tujuan penelitian) misalnya untuk menjelaskan ataukah mendeskripsikan ataukah mengeksplorasi, dan gejala atau fakta seperti apa yang dikumpulkan, diklaskan dan ditafsir atau dimaknai serta bagaimana menafsir atau memaknainya. Ini berkaitan dengan tujuan penelitian tadi, yang memunculkan kebutuhan pendekatan dan metodologi yang sesuai untuk dapatnya memperoleh penjelasan yang memadai tentang dunia sosial yang diteliti karena penelitian sosial sebagaimana disebut Lawrence Newmann, involves learning something new about social world.[3] Dan untuk memperoleh penjelasan atas social world, seorang peneliti mempergunakan seperangkat cara sistematis (systematic way), teori, ide, imajinasi dan kreativitas, serta mengorganisasi dan merencanakan secara cermat untuk menentukan teknik yang sesuai dalam mendekati masalah[4]. Terkait dengan usaha ini, penelitian sosial mengenal dua pendekatan untuk memroses gejala atau fakta dalam rangka menemukan jawaban atau penjelasan atas gejala atau fakta atau about social world ini, yaitu penelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif.
Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif
Keduanya memiliki karakter dan tatacara serta corak penjelasan (hasil penelitian) yang berbeda walaupun memiliki tujuan yang bersamaan, yakni sama-sama ingin menjelaskan fenomena atau realitas sosial. Penelitian kuantitatif lebih tertarik pada isu-isu tentang desain, pengukuran, sampling, dengan pendekatan deduktif terkait dengan pengumpulan data dan analisis; sedangkan penelitian kualitatif lebih tertarik pada isu-isu kemendalaman atau kekayaan (richness), tekstur dan rasa (feeling) terkait data dengan pendekatan induktif yang menekankan pentingnya pengembangan wawasan, pengertian dan pengetahuan yang mendalam dan generalisasi atas data yang dikumpulkan[5]. Lebih mendalam tentang metode kuantitatif dan kualitatif ini, dengan ciri khas masing-masing, terdeskripsi di sini:
Perbandingan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Referensi
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Newmann, Lawrence W. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Fifth Edition. Boston: Pearson Education Inc., 2003.