Home: Modal Sosial Dalam Pelayanan Publik Berintegritas
[Kearifan dan Budaya Lokal: Integritas ala Indonesia]
Kebersamaan (Togetherness) Dalam Pelayanan Publik
[Modal Sosial Dalam Pelayanan Publik Berintegritas – 4]
Perasaaan (sense) kebersamaan (togetherness), dalam perspektif sosial, muncul dari perasaan in group dengan suatu kelompok. Secara budaya menunjukkan sentimen kebersamaan dengan symbol-simbol I (saya), we (kita) dalam bahasa tutur. Ke-kita-an ini juga merupakan ekspresi makna kebersamaan dalam masyarakat. Ekspresi ke-aku-an atau ke-kita-an muncul dalam memahami kelompoknya (termasuk etnis) sendiri maupun kelompok lain, termasuk etnis lain. Pada perkembangannya, dikotomi kita – mereka juga mengemuka dalam bahasan antar kelompok (dan etnis) ini. Ada mekanisme batas (boundary mechanism), —istilah Fedyani [1]–, yang beroperasi pada “batas budaya kita (self) – mereka (others)” ini. Batas budaya ini menunjukkan batas kelompok secara imajiner. Dalam hal ini ia menengarai, batas ini menyebabkan kelompok (etnis) tetap kurang lebih bersikap distingtif.
Kegiatan materi 4 ini mengidentifikasi dan mengeksplorasi nilai-nilai budaya lokal yang mencerminkan ke-kita-an atau tidak, sambil melatih sikap mental dan perilaku untuk memperhatikan dan mementingkan kebersamaan. Nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat juga merupakan salah satu modal sosial, yang positif bagi perwujudan pelayanan publik yang baik dan berintegritas (lihat materi 4: Modal Sosial dan Kepercayaan Publik).
bersambung…
Modal Sosial (Social Capital) dan Kepercayaan Publik (Public Trust)
Educating ASEAN Societies in Building Integrity
e-Book lengkap Building Integrity >> back to HOME: Modal Sosial Dalam Pelayanan Publik Berintegritas